A Story of Antigen Positive

Day 1

Jumat, 12 Maret 2021

ini nisa, ini hari
kami sidang pertama 
ceritanya°•☆  

Hari itu hari pengumpulan proposal LTA. Aku dan nisa partner bimbingan LTA mulai dari 0, sedang memintakan tanda tangan lembar pengesahan kepada dosen pembimbing dan penguji dengan penuh syukur. Alhamdulillah, akhirnyaa.. 
rapid antigen
di laboratorium kampus


Pukul 09.00 WIB tiba, kini saatnya kami semua berkumpul untuk ikut pemeriksaan Rapid Test Antigen sebelum kami hendak praktik lapangan s Senin besok. Deg-degan iya, pasrah iya, percaya kalau engga. Dan majulah giliranku saat itu. Alat berbulu (cotton swab dalam medis) itu dimasukkanlah kedalam hidung, geli dan aneh rasanya. 

Setelah selesai, aku hendak konsultasi dosen askeb waktu itu, tiba tiba temanku menghampiriku. “Umma, dipanggil dosen”. Kagetlah aku, ha? Kenapa? Kutemuilah beliau di ruangannya dengan menyuruhku untuk duduk di kursi rapat paling ujung. Firasatku kurang baik, dan ternyata benar. Hasil Rapid Antigenku Reaktif (+). 

Sedih, kaget karena aku merasa benar-benar sehat tapi kok~, menangis, semua berkumpul. Air mata ku ndabisa berhenti keluar saat aku mencoba kuat. Nasehat bapak ibu dosen kepadaku, perihal praktik lapangan, dan mengasuh pasien akan mundur untukku. Sesegara aku berkabar pada ibuku. Nisa, teman sepembimbing proposalku dipanggil juga, dan ibu dosen meminta tolong agar proposal kutitipkan padanya untuk dikumpulkan. Terimakasii nisaaa <3 sad me sekali waktu itu. Saat keluar, Nisa terus mengikutiku, mencoba menenangkan, dan bertambah sedihlah akuu “Nisaa, jangan deket-deket”. Banyak kata semangat dari teman-teman buatku saat itu. 

Akhirnya aku pulang ke kos dan saat masuk bertemu dengan ibu dan bapak kos yang super baik. Aku menyapa dengan nada rendah, dan tiba bapak bertanya “Ada apa um, kok kayaknya ada sesuatu?”. Ibu kos mendekat dan hendak memelukku. Sesegera aku berkata pada ibu kos dan bapak kos. Semua mencoba menenangkan, aku berterimakasih dan masuk ke kamar bersiap untuk berberes pulang. Ibu, ayah, dan mas meneleponku dengan kata-kata penenang darinya. Banyak chat, voice note dari teman-teman semua. Tiba-tiba Nisa datang dengan sekotak roti dan menyuruhku untuk mengambilnya di luar pintu kamarku. Pun juga ibu kos dengan nasi kotaknya. Huhu semoga kebaikan selalu bersama kalian, aamiin.

setibanya dirumah
sore hari itu
Dengan segala pertimbangan, akhirnya aku pulang dengan bersepeda motor sendiri. Menghindari hujan saat itu dengan duduk di masjid. Kurang lebih 3 jam, sampailah aku di rumah. Aku datang tanpa salim dan hanya salam dari jauh. Masuklah aku ke kamar yang sudah disetting oleh ibu tersayang, bersih diri, dan segera istirahat. 

Umma saat itu sedang mencoba tenang, tawakkal, dan semoga sehat sehat selalu. Aamiinn.

Day 2

Sabtu, 13 Maret 2021

mentari, langit, tempat duduk,
bear brand, 
Pagi ini aku bangun seperti biasa, deedee di kolam, dan mencoba menulis catatan ini. Aku mencoba biasa menjalani hari dan menghadapi keadaan. Dalam hati, “Ndapapaaa.. semangat umaa”. Malam itu, ayah mencoba mendatangi dokter keluarga untuk konsultasi perihal apa yang sebaiknya aku lakukan.

Day 3

Minggu, 14 Maret 2021

Hari ini aku melakukan kegiatan yang sama dengan kemarin. Bangun seperti biasa, deedee di kolam, dan mencoba menulis catatan ini. Ditambah sedikit lari kecil di sekitar kolam, memetik rumput liar untuk dikeringkan, dan memfoto langit.

Day 4

Senin, 15 Maret 2021

Ya! Tiba saatnya seorang diri ini datang ke fasyankes untuk melakukan apa yang menjadi saran dokter keluarga waktu itu. Aku bercerita tentang apa yang terjadi dan apa yang kurasakan sekarang. Anosmia, demam, flu, batuk, sama sekali tidak kurasa. Salah satu petugas kesehatan langsung hendak memasukkan ku ke fasilitas yang sudah disediakan pemerintah untuk isoma (isolasi mandiri) yaitu RUSUNAWA. Bayanganku tentang itu, aku akan bersama dengan orang-orang yang “lebih harus dihati-hati” meleburlah aku pagi itu. Tiba-tiba ayahku datang, beliau berembug dengan nakes itu, dan aku pergi keluar. 

Sampai aku melihat ayah keluar dengan ekspresi muka yang membuatku benar-benar patah waktu itu, tetapi ayah berusaha menutupinya. Beliau cerita, bahwa jikalau aku swab PCR dan keluarga dirumah rapid antigen, maka akan menjadi pertimbangan lebih lanjut. Kebetulan di puskesmas tsb. tidak bisa melayani swab PCR, pun tidak bisa memberikan rujukan ke RSUD untuk swab PCR. 

Day 5

Selasa, 16 Maret 2021

Pagi hari tibalah aku di laboratorium klinik yang ada di Tulungagung, melakukan swab PCR dengan segala harapan. Bersamaan saat itu, ayah ibu dan keluarga dirumah diwajibkan rapid antigen, dan Alhamdulillah negatif. Kutunggu kabar hasil dari PCR ku hingga malam hari, hingga esok harinya. 

Day 6

Rabu, 17 Maret 2021

Tiba-tiba handphone ini membunyikan notifikasi pesan. Kubukalah, dan kabar baik datang. Hasil swab PCR negatif. Alhamdulillah.. aku ayah ibu dan semuanya bersyukur. Langsung saat itu juga, berkabarlah aku kepada fasyankes dan kampus tempatku belajar. Bye bye rusunawa, aku tidak akan dan tidak ingin berjumpa denganmu. Bergegaslah aku kembali ke tempatku belajar untuk melanjutkan perjalanan. Semangatt! 

Oiyaa, tuk teman-teman hati-hati selalu dimanapun. Banyak berdoa dan semoga kebaikan selalu bersama. Salam sehat dan hangat, Umma.

see you!♡•°

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar